Sisa pemotongan kayu pinus biasa dimanfaatkan oleh warga sebagai bahan bakar untuk memasak. Karena limbah harganyapun cukup murah, satu mobil bak limbah kayu pinus bisa didapatkan dengan uang 250 ribu saja dari tempat pemotongan kayu. Namun ternyatalimbah kayu tersebut bisa memiliki nilai tambah yang cukup tinggi setelah diolah menjadi sumpit kayu. Usaha sumpit kayu dari limbah pinus ini ditekuni oleh beberapa warga Kampung Cikawung, Desa Sukamanah, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Bara. Pasar sumpit kayu inipun tidak hanya di dalam negeri saja tetapi juga sampai negara-negara lain di akwasan Asia.
Salah satu pengusaha sumpit kayu dari limbah pinus ini adalah pasangan Unang (32) dan Ika Nurhayati (25). Mereka telah menjalankan usaha pembuatan sumpit kayu ini semenjak dua tahun yang lalu. Usaha mereka dijalankan setelah mendapatkan bantuan mesin pemotong manual dari seorang pengusaha, kemudian mereka menyerahkan hasil produksinya kepada pengusaha tersebut. Dengan memanfaatkan sebagian rumahnya sebagai tempat produksi mereka bisa menghasilkan uang dari barang limbah tersebut.
Produksi sumpit dari limbah kayu pinus mereka terbilang cukup lumayan besar, satu bak mobil bahan baku limbah pinus setiap hari diolah menjadi sumpit kayu. Proses pembuatan sumpit melalui beberapa tahapan, pertama kali limbah kayu pinus disortir dan dipotong kembali sampai bisa dimasukkan ke dalam mesin penyerut sumpit otomatis. Namun sebelum itu potongan kayu pinus dijemur agar kering terlebih dulu.
Untuk membentuk sumpit kayu yang bagus, perlu dilakukan penyerutan dengan mesin penyerut otomatis. Namun demikian hasil produk sumpit kayu memiliki kualitas yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan dengan kemulusan hasil serutan dan cacat yang ada. Sumpit yang mulus dan tanpa cacat masuk kelas A, B, dan C, yang dijual Rp 330.000 setiap boxnya. Sumpit kayu yang selain itu masuk kelas D dan E yang dijual Rp 100.000 dan Rp 90.000 setiap boxnya.
Kualitas sumpit kayu yang dihasilkan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil serutan saja tetapi juga oleh kualitas kayu pinus sebagagai bahan bakunya. Jika kebetulan mendapatkan bahan baku yang baik maka sumpit kelas A, B, dan C yang didapatkan semakin banyak. Dalam sebulan perusahaan Ika bisa memproduksi sekitar 50 boks sumpit kayu. Satu boks berisi 50 ribu sumpit. Selain usaha sumpit kayunya bisa menghidupi keluarga mereka, karyawan mereka yang berjumlah 15 orang juga turut merasakan segarnya usaha sumpit kayu ini. Jika mau kreatif ternyata barang limbah bisa menjadi peluang usaha yang menggiurkan.
Sumber:
http://www.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar